Friday 31 July 2015

bimbingan konseling keluarga

“KELUARGA SAKINAH,MAWADDAH WARAHMAH”

Semoga menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah. 
Kata-kata itulah yang sering diucapkan atau ucapan yang diberikan kepada calon suami-istri yang akan menikah.
Peranan agama dalam membentuk keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah sangat penting, karena agama merupakan ketentuan-ketentuan Allah Swt yang membimbing dan mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah Swt berperan ketika pemeluk-Nya memahami dengan baik dan benar, menghayati, dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari agama yang dianutnya, yaitu Islam.
Dalam pandangan Al-Qur’an, salah satu tujuan pernikahan adalah untuk menciptakan keluargasakinah, mawaddah warahmah antara suami dan istri bersama anak-anaknya.
Hal ini tercemin dalam Al-qur’an, Allah berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya (sakinah), dan dijadikan-Nya diantaramu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “ (Ar-Ruum [30]: ayat 21)
Sakinah mengandung makna ketenangan.
Setiap jenis laki-laki atau perempuan, jantan atau betina, dilengkapi Allah dengan alat serta aneka sifat dan kecenderungan yang tidak dapat berfungsi secara sempurna jika ia berdiri sendiri. Kesempurnaan eksistensi makhluk hanya tercapai dengan bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangannya sesuai dengan sunnatullah.
Memang benar bahwa sewaktu-waktu manusia bisa merasa senang dalam kesendiriannya, tetapi tidak untuk selamanya. Manusia telah menyadari bahwa hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain akan membantunya mendapatkan kekuatan dan membuatnya lebih mampu menghadapi tantangan. Karena alasan-alasan inilah maka manusia butuh pasangan hidup dengan jalan menikah, berkeluarga, bahkan bermasyarakat dan berbangsa. Ketenangan hidup ini didambakan oleh suami istri setiap saat, termasuk saat sang suami meninggalkan rumah dan anak istrinya.
Sakinah terlihat pada kecerahan raut muka yang disertai kelapangan dada, budi bahasa yang halus, yang dilahirkan oleh ketenangan batin akibat menyatunya pemahaman dan kesucian hati, serta bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad yang kuat. Itulah makna sakinah secara umum dan makna-makna tersebut yang diharapkan dapat menghiasi setiap keluarga yang hendak menyandang Keluarga Sakinah.
Mawaddah mengandung arti rasa cinta.
Mawaddah ini muncul karena di dalam pernikahan ada faktor-faktor yang bisa menumbuhkan dua perasaan tersebut. Dengan adanya seorang istri, suami dapat merasakan kesenangan dan kenikmatan, serta mendapatkan manfaat dengan adanya anak dan mendidik dan membesarkan mereka. Disamping itu dia merasakan adanya ketenangan, kedekatan dan kecenderungan kepada istrinya. Sehingga secara umum tidak akan didapatkan mawaddah diantara manusia yang satu dengan manusia yang lain sebagaimana mawaddah (rasa cinta) yang ada di antara suami istri.
Rasa cinta yang tumbuh di antara suami istri adalah anugrah dari Allah Swt kepada keduanya, dan ini merupakan cinta yang sifatnya tabiat. Tidaklah tercela orang yang senantiasa memiliki rasa cinta asmara kepada pasangan hidupnya yang sah. Bahkan hal itu merupakan kesempurnaan yang semestinya disyukuri. Namun tentunya selama tidak melalaikan dari berdzikir kepada Allah Swt, karena Allah berfirman,
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari dzikir kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-Munafiquun [63]: ayat 9)
Allah Swt tumbuhkan mawaddah tersebut setelah pernikahan dua insan. Padahal mungkin sebelumnya pasangan itu tidak saling mengenal dan tidak ada hubungan yang mungkin menyebabkan adanya rasa kasih sayang, apalagi rasa cinta.
Rahmah mengandung arti Rasa Sayang.
Rasa sayang kepada pasangannya merupakan bentuk kesetian dan kebahagiaan yang dihasilkannya.
Perlu digaris bawahi bahwa sakinah mawaddah warahmah tidak datang begitu saja, tetapi ada syarat bagi kehadirannya. Ia harus diperjuangkan, dan yang lebih utama, adalah menyiapkan kalbu. Sakinah, mawaddah dan rahmah bersumber dari dalam kalbu, lalu terpancar ke luar dalam bentuk aktifitas sehari-hari, baik didalam keluarga maupun dalam masyarakat.
NASEHAT UNTUK KELUARGA BARU
Memasuki dunia baru bagi pasangan baru, atau lebih dikenal dengan pengantin baru memang merupakan suatu yang membahagiakan. Tetapi bukan berarti tanpa kesulitan. Dari pertama kali melangkah ke pelaminan, semuanya sudah akan terasa lain. Lepas dari ketergantungan terhadap orang tua, teman, saudara, untuk kemudian mencoba hidup bersama seseorang yang mungkin  belum pernah dikenal sebelumnya. Semua ini memerlukan persiapan khusus agar tidak terjebak dalam sebuah dilema rumah tangga yang dapat mendatangkan penyesalan di kemudian hari.
Beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pasangan baru yang akan mengarungi bahtera rumah tangga:
-        Persiapan mental. 
Perpindahan dari dunia remaja ke fase dewasa, di bawah naungan perkawinan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis, sehingga diperlukan persiapan mental dalam menyandang jabatan baru, sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga. Ananda bisa mempersiapkan mental ananda lewat buku-buku bacaan tentang cara-cara berumah tangga, atau ananda dapat belajar dari orang-orang terdekat, yang dapat memberikan nasehat bagi rumah tangga ananda mengenali pasangan hidup. 
Kalau dulu orang dekat ananda adalah ibu, teman, atau saudara ananda yang telah ananda kenal sejak kecil, tetapi sekarang orang yang nomor satu bagi ananda adalah pasangan ananda. Walaupun pasangan ananda adalah orang yang telah ananda kenal sebelumnya, katakanlah dalam masa pendekatan, tetapi hal ini belumlah menjamin bahwa ananda telah benar-benar mengenal kepribadiannya. Keadaan sebelum dan sesudah pernikahan akan lain, apalagi jika pasangan ananda adalah orang yang belum pernah ananda kenal sebelumnya. Disini perlu adanya penyesuaian-penyesuaian. Ananda harus mengenal lebih jauh bagi pasangan ananda, segala kekurangan dan kelebihannya, untuk kemudian ananda pahami bagaimana sebaiknya ananda bersikap, tanpa harus mempersoalkan semuanya. Karena sesungguhnya ananda bersama pasangan ananda hidup dalam rumah tangga untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya, sehingga tercipta keharmonisan dalam berumah tangga. 
-        Menyusun agenda Kegiatan. 
Kesibukan ananda sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga tentunya akan lebih banyak menyita waktu di banding ketika ananda masih sendiri. Hari-hari kemarin bisa saja ananda mengikuti segala macam kegiatan yang ananda sukai kapan saja ananda mau. Persoalannya sekarang adalah ananda tidak sendiri lagi, kehadiran pasangan ananda disamping ananda tidak boleh ananda abaikan. Tetapi ananda tak perlu menarik diri dari aktifitas atau kegiatan yang ananda butuhkan. Ananda dapat membuat agenda untuk efektifitas kerja, ananda pilah, dan ananda pilih kegiatan apa yang sekiranya dapat ananda ikuti sesuai dengan waktu yang an
anda miliki dengan tanpa mengganggu tugas ananda sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga. 
-        Mempelajari kesenangan pasangan. 
Perhatian-perhatian kecil akan mempunyai nilai tersendiri bagi pasangan ananda, apalagi di awal perkawinan ananda. Ananda dapat melakukannya dengan mempelajari kesenangan pasangan ananda, mulai dari selera makan, kebiasaan, hobby yang tersimpan dan lainnya. Tidak menjadi masalah jika ternyata apa yang disenanginya tidak ananda senangi. Ananda bisa mempersiapkan kopi dan makanan kesukaannya disaat pasangan ananda yang punya hobby membaca disaat sedang membuka-buka buku. Atau ananda bisa sekali-kali menyisihkan waktu untuk sekedar mengantar pasangan ananda berbelanja, untuk menyenangkan hatinya. Atau kalau mungkin ananda bisa memadukan hobby ananda yang ternyata sama, dengan demikian ananda telah memasang saham kasih sayang di hati pasangan ananda sebagai kesan pertama, karena kesan pertama akan selalu diingatnya. Dan ananda bisa menjadikannya sebagai kebiasaan yang istimewa dalam rumah tangga ananda.
-        Adaptasi lingkungan. 
Lingkungan keluarga, famili dan masyarakat baru sudah pasti akan ananda hadapi. Ananda harus bisa membawa diri untuk masuk dalam kebiasaan-kebiasaan (adat) yang ada di dalamnya. Kalau ananda siap menerima kehadiran pasangan ananda, berarti pula ananda harus siap menerimanya bersama keluarga dan masyarakat disekitarnya. Awalnya mungkin ananda akan merasa asing, kaku, tapi semuanya akan terbiasa jika ananda mau membuka diri untuk bergaul dengan mereka, mengikuti adat yang ada, walaupun ananda kurang menyukainya. Sehingga akan terjalin keakraban antara ananda dengan keluarga, famili dan lingkungan masyarakat yang baru.
Karena hakekat pernikahan bukan perkawinan antara ananda dan pasangan ananda, tetapi, lebih luas lagi antara keluarga ananda dan keluarga pasangan ananda, antara desa ananda dengan desa pasangan ananda, antara bahasa ananda dengan bahasa pasangan ananda, antara kebiasaan (adat) ananda dengan kebiasaan (adat) pasangan ananda, dan seterusnya.
-        Menanamkan rasa saling percaya. 
Tidak salah jika suatu saat ananda merasa curiga dan cemburu. Tetapi harus ananda ingat, faktor apa yang membuat ananda cemburu dan seberapa besar porsinya. Tidak lucu jika ananda melakukannya hanya dengan berdasar perasaan hati. Hal itu boleh saja untuk sekedar mengungkapkan rasa cinta, tetapi tidak baik juga kalau terlalu berlebihan. Sebaiknya ananda menanamkan sikap saling percaya, sehingga ananda akan merasa tenang, tidak diperbudak oleh perasaan sendiri. Yakinkan, bahwa pasangan ananda adalah orang terbaik yang ananda kenal, yang sangat ananda cintai dan kalau perlu buktikan juga bahwa ananda sangat membutuhkan kehadirannya, kemudian bersikaplah secara terbuka.
-        Musyawarah. 
Persoalan-persoalan yang timbul dalam rumah tangga harus dihadapi secara dewasa. Upayakan dalam memecahkan persoalan ananda mengajak pasangan ananda untuk bermusyawarah. Demikian juga dalam mengatur perencanaan-perencanaan dalam rumah tangga, sekecil apapun masalah yang ananda hadapi, semudah apapun rencana yang ananda susun. Ananda bisa memilih waktu-waktu yang tepat untuk saling tukar pikiran, bisa di saat santai, nonton atau dimana saja sekiranya pasangan ananda sedang dalam keadaan rilex dan segar bugar.
-        Menciptakan suasana Islami. 
Suasana Islami ini bisa ananda bentuk melalui penataan ruang, hiasan kaligrafi, tingkah laku keseharian ananda dan lain-lain. Shalat berjama’ah bersama pasangan ananda, ngaji bersama (tidak perlu setiap waktu, cukup habis maghrib atau shubuh), mendatangi majlis ta’lim bersama atau membuat kegiatan yang Islami dalam rumah tangga ananda. Hal ini akan menambah eratnya ikatan bathin antara ananda dan pasangan ananda. Dari sini akan terbentuk suasana Islami, sebuah keluarga yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah. Insya Allah.
Demikian sekelumit artikel yang diidam-idamkan setiap keluarga agar tercapai keluarga yang Sakinah, Mawaddah warahmah…Baldatun thayyibatun warabbun ghaffur…bagagia baik di dunia maupun di akhirat..amin
Wasslm. Wr.Wb
Ghoen setyabudi, pengasuh &pendiri pondok Yatim Akhlaqul Kharimah. 





















3. ·  SUAMI-istri bertengkar, itu soal biasa. Bahkan, kata orangtua, pertengkaran adalah bumbunya perkawinan. Namun, tentu akan lebih baik jika rumah tangga selalu rukun. Terus-terusan berantem, lama-lama bisa fatal juga kan? Nah, apa saja penyebab timbulnya pertengkaran suami-istri?

1. PENGHASILAN 
Penghasilan suami lebih besar dari istri adalah hal biasa. Bila yang terjadi kebalikannya, bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tak dihargai penghasilannya, sementara istri merasa di atas sehingga jadi sombong dan tak menghormati suami.

Solusi 
Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Jika Anda terus-menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa membesar.

2. ANAK 
Ketidakhadiran anak juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan. Apalagi jika suami selalu menyalahkan isri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian medis untuk menentukan apakah seseorang mandul atau tidak.

Solusi 
Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami. Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan kondisi diri ke dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, kenapa harus resah dan saling menuduh? Kan, tinggal menunggu waktunya saja. Bisa jadi, kesabaran Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si kecil belum datang juga, Anda berdua bisa menempuh cara lain, dengan adopsi anak, misalnya.

3. KEHADIRAN PIHAK LAIN 
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak famili, dalam keluarga kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumah tangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan.

Solusi 
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum memberikan bantuan, baik kepada pihak Anda ataupun suami, sebaiknya bicarakan dulu berapa dana yang akan dikeluarkan dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suamilah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.

4. SEKS 
Masalah yang satu ini sering kali jadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres, ataupun hamil. 

Solusi 
Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus terang. Ini agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut.

5. KEYAKINAN 
Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antarmereka. Namun, persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumah tangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini sering kali terjadi pada pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan.

Solusi 
Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masing-masing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang berbeda keyakinan, sebelum menikah sepakat untuk saling menghargai keyakinan pasangannya. Nah, tetaplah pegang janji itu, dan coba untuk saling menghargai. Kalaupun di tengah jalan Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan.

6. MERTUA 
Kehadiran mertua dalam rumah tangga sering kali menjadi sumber konflik karena terlalu ikut campurnya mertua dalam urusan rumah tangga anak dan menantunya.

Solusi 
Kesal sih kesal, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.

7. RAGAM PERBEDAAN 
Menyatukan dua hati berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang tentu juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan meledak-ledak emosinya. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak nyambung. Masing-masing tak ada yang mau ngalah, akhirnya ribut juga.

Solusi 
Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada meski umur perkawinan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi. Kalau suami Anda seorang yang pendiam, ya imbangi, jangan terlalu cerewet. Tak ada salahnya mengikuti kesenangannya berlibur ke pantai. Mencoba sesuatu yang baru itu indah lho karena ini pengalaman baru untuk Anda.

8. KOMUNIKASI TERBATAS 
Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya tak punya cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur atau di akhir pekan. Kurangnya atau tak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini sering kali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya.

Solusi 
Sesibuk apa pun Anda dan suami, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun Anda dan suami bekerja seharian di luar rumah, keluarga tidak terbengkalai. Anda dan suami harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.


















5.
Masalah dalam keluarga merupakan aspek kehidupan yang pasti ada dalam lingkungan keluarga. Masalah yang sering kita liat di sekeliling kita, ialah Ekonomi. Ekonomi merupakan masalah yang bisa berujung pada masalah yang lebih besar lagi, misalnya perceraian, bunuh diri(seperti kasus bunuh diri ibu anak karena gak mampu membiayai kehidupan anak-anaknya beberapa tahun lalu). Di masa sekarang ini, kita bisa melihat keluarga-keluarga sekeliling kita, kita coba mengamati permasalahan ekonomi keluarga yang hidup dalam kekurangan ekonomi atau bisa dibilang keluarga yang hidup dalam kemiskinan.
Banyak keluarga yang hidup kekurangan berawal dari kemalasan individual maupun seluruh anggota keluarganya, masalah ekonomi ini banyak terdapat di kota-kota besar. Masalah ini dapat diatasi dengan kesadaran seluruh anggota keluarga paling tidak kepala keluarga untuk dapat lebih berusaha dalam mencari nafkah untuk penghidupannya yang lebih layak, caranya gimana?? Menurut saya pekerjaan yang baik adalah jika kita menguasai dan memahami apa yang kita kerjakan, yaitu mencari pekerjaan dengan memahami kemampuan yang kita miliki, jaman sekarang orang mau hidup enak tapi malas bekerja ??? bisa ?? NOL. Ada juga yang berawal dari keterbatasan fisik maupun mental individu yang dulunya menjadi tumpuan keluarga. Masalah yang seperti ini biasanya dapat diatasi dengan kesadaran dari anggota keluarga lainnya untuk mengubah strata sosial. Jika kepala keluarga yang mengalami keterbatasan tadi, mungkin sang istri bisa mengganti kedudukan suami dalam konteks mencari nafkah.
Selanjutnya, masalah dalam bidang sosialWahh, semua keluarga pasti pernah menghadapi masalah sosial, mulai dari kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, sampe perceraian orang tua. Kedua orang tua merupakan sosok manusia yang paling penting bagi seorang anak, karena yang pertama kita kenal dalam kehidupan kita adalah orang tua, orang tua kitalah yang mengajarkan tentang kehidupan yang kita jalani sekarang, orang tua kitalah manusia yang memberikan kasih sayang terbesar kepada kita, namun apa jadinya jika orang tua malah jarang memperhatikan kita dan memberi kasih sayang ?? Bagi sebagian anak, kadang mereka menganggap bahwa orang tua mereka jarang memberikan kasih sayang, namun saya yakin sejahat-jahatnya orang tua, pasti dalam hati mereka, mereka sangat sayang sama anak-anaknya, hanya saja, mungkin cara mereka dalam memberikan kasih sayang tidak dapat dipahami anak-anaknya. Terus caranya gimana ?? menurut saya, cara yang paling penting dalam mengatasi masalah seperti ini adalah dengan komunikasi, orang tua yang baik ialah orang tua yang bisa mengerti dan memahami anaknya, mengerti dan memahami bukan berarti menuruti semua permintaan anaknya, tapi dengan cara membicarakan masalah-masalah yang dialami anaknya serta pendekatan psikologis ke anak sehingga masalah sosial apapun dapat teratasi. Gimanakalo gak bisa teratasi ?? jika masalah sosial dibiarkan maka akan berdampak pada lingkungan di luar keluarga. Kita dapat mengamati, masalah kenakalan remaja yang saat ini melanda anak-anak usia sekolah. Salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah masalah sosial dalam keluarga. Kesalahan orang tua dalam mendidik serta ketidak pahaman orang tua dalam metode pendekatan adalah salah satu sumber timbulnya kenakalan remaja tadi. “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” peribahasa itu mungkin cocok untuk anak yang tiap hari dididik terlalu keras oleh orang tuanya, lalu metode orang tuanya tadi diaplikasikan di lingkungan masyarakat. Keluarga seharusnya menjadi media pendidikan psikologis serta pendidikan sosial, sehingga jika anggota keluarga telah berbaur dengan masyarakat, nilai-nilai sosial di masyarakat dapat dikembangkan sesuai pendidikan sosial dalam keluarga tadi.









1.      Rasional
Setiap individu memerlukan orang lain dalam menjalani kehidupannya yang tujuan akhirnya memperoleh kebahagiaan lahir dan batin. Salah satu bentuk adanya orang lain dalam hidupnya adalah perkawinan. Bahkan, dalam ajaran Islam, perkawinan adalah sunah Rasul Allah. Melalui perkawinan itulah terbentuk keluarga.
Keluarga ialah unit satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Peranan keluarga sangat strategis dalam menentukan masa depan masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Namun, sering terjadi keluarga kehilangan peran dan fungsinya. Karena itulah, diperlukan adanya bimbingan dan konseling perkawinan dan keluarga.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, melalui mata kuliah Konseling Perkawinan dan Keluarga, mahasiswa diharapkan dapat memahami, menguasai beberapa hal mendasar sebagai berikut:
  1. Setiap individu memerlukan orang lain;
  2. Perkawinan sebagai wujud kebutuhan adanya orang lain;
  3. Perkawinan membentuk keluarga;
  4. Keluarga sangat menentukan perannya bagi masa depan bangsa, negara, dan agama.
  5. Perlu diupayakan terbentuknya ketahanan keluarga/keluarga sakinah.
  6. Ketahanan keluarga/keluarga sakinah perlu dijaga melalui bimbingan perkawinan dan keluarga.
Peran dan Fungsi
Mata kuliah Konseling Perkawinan dan Keluarga di Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam memiliki peran dan fungsi memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah kepada mahasiswa agar terampil memberikan bantuan bimbingan dan konseling perkawinan dan keluarga dan mengikuti studi lanjut.
Pengertian
Mata kuliah Konseling Perkawinan dan Keluarga adalah hasil konstruksi (pemikiran) manusia yang bersumber dari al-Quran dan Hadis, pengalaman, pemikiran, dan penyesuaian dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. Pada dasarnya mata kuliah Konseling Perkawinan dan Keluarga adalah mata kuliah yang memberikan dasar-dasar teoritik, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling beserta aplikasi dan pengembangannya dalam perkawinan dan keluarga untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
Tujuan
Mata kuliah Konseling Perkawinan dan Keluarga bertujuan agar mahasiswa:
  1. Menguasai berbagai teori, konsep, dan prinsip bimbingan dan konseling beserta aplikasi dan pengembangannya dalam bimbingan dan konseling perkawinan dan keluarga.
  2. Mampu memberikan bantuan bimbingan dan konseling perkawinan dan keluarga.
  3. Meningkatkan kesadaran perlunya mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah demi masa depan bangsa, negara, dan agama.
  4. Melakukan aktivitas ilmiah untuk memberikan nilai dan sikap ilmiah.
Kompetensi
Kompetensi dasar mata kuliah Konseling Perkawinan dan Keluarga pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam meliputi hal-hal sebagai berikut:
  1. Melakukan kegiatan kerja ilmiah (mengobservasi, mengelompokkan, mengomunikasikan, mengajukan pertanyaan, dan melaporkan) dengan objek yang dapat diamati.
  2. Memiliki dan menguasai berbagai teori, konsep, dan prinsip bimbingan dan konseling perkawinan dan keluarga.
  3. Kemampuan mengkaji berbagai kasus dan fenomena dalam perkawinan dan keluarga.
  4. Kemampuan memahami berbagai komponen yang saling berkaitan yang memunculkan kasus dan fenomena perkawinan serta kehidupan berkeluarga.
  5. Terampil melakukan bantuan bimbingan dan konseling dalam memecahkan dan mengatasi kasus-kasus dan fenomena perkawinan dan keluarga.
Rambu-rambu
Implementasi mata kuliah Konseling Perkawinan dan Keluarga perlu memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
Silabus yang akan digunakan dosen dalam melaksanakan perkuliahan harus disusun berdasarkan Standar Kompetensi Nasional.
Pengembang kurikulum wajib memahami terhadap Standar Kompetensi Nasional yang dipersyaratkan mutlak untuk menyusun silabus sesuai dengan kebutuhan user (masyarakat pengguna lulusan).
Pendekatan pembelajaran mata kuliah Konseling Perkawinan dan Keluarga perlu ditekankan pada:
  1. Pendekatan keterampilan proses.
  2. Pendekatan pengalaman.
  3. Pendekatan konsep.
  4. Pendekatan sosial.
  5. Pendekatan holistik.
  6. Pendekatan inquiry.
  7. Pendekatan CBSA.
  8. Pendekatan multimedia.
Standar Kompetensi Nasional meliputi:
  1. Standar kompetensi.
  2. Kompetensi dasar.
  3. Materi pokok.
  4. Indikator.
Standar Kompetensi
Mampu menerapkan berbagai prinsip dan teori bimbingan dan konseling dalam memberikan bantuan bimbingan dan konsleing perkawinan dan keluarga.
Kompetensi Dasar
  1. Mampu melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling perkawinan.
  2. Mampu melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling keluarga.
Materi Pokok
Konseling Perkawinan (marriage counseling)
  1. Pengertian Konseling Perkawinan.
  2. Tujuang Konseling Perkawinan.
  3. Pendekatan Konseling Perkawinan (marriage counseling approach)
  4. Tahapan-tahapan Konseling Perkawinan.
  5. Proses Konseling Perkawinan.
  6. Teknik-teknik Konseling Perkawinan.
Konseling Keluarga (family counseling)
  1. Pengertian Konseling Keluarga.
  2. Tujuan Konseling Keluarga.
  3. Pergeseran Nilai Kehidupan Berkeluarga.
  4. Keluarga Pecah (broken home).
  5. Perkembangan orientasi konseling keluarga.
Pendekatan Sistem dalam Konseling Keluarga
  1. Pengertian sistem.
  2. Keluarga sebagai suatu sistem.
  3. Struktur keluarga.
Aplikasi Teori-teori, Konsep-konsep, dan Teknik-teknik Konseling Keluarga.
  1. Pendekatan terpusat pada klien.
  2. Pendekatan eksistensial.
  3. Pendekatan gestalt.
  4. Pendekatan transaksional analisis.
  5. Teknik emosi rasional.
  6. Aplikasi konsep psikoanalitik.
  7. Aplikasi konsep behavioral.
  8. Aptikasi konsep logoterapi.
Ketahanan Keluarga
  1. Latar belakang
  2. Globalisasi.
  3. Pendidikan.
  4. Keluarga sakinah.
Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi.
  1. Pengertian dan ciri-ciri profesi.
  2. Pengembangan profesi konselor.
Indikator
Materi I: Konseling Perkawinan
a) Menggali pengertian konseling perkawinan dari berbagai sumber yang relevan.
b) Menelaah tujuan konseling perkawinan.
c) Memilih model-model pendekatan dalam konseling perkawinan.
d) Memerinci tahapan-tahapan konseling perkawinan.
e) Menguji proses konseling perkawinan.
f) Mendeskripsikan teknik-teknik konseling perkawinan.
Materi II: Konseling Keluarga
a) Menggali pengertian konseling keluarga dari berbagai sumber yang relevan.
b) Menelaah tujuan konseling keluarga.
c) Mengoreksi terjadinya pergeseran nilai dalamkehidupan berkeluarga.
d) Mendiagnosis keluarga pecah (broken home).
e) Memrediksi perkembangan orientasi dalam konseling keluarga.
Materi III: Pendekatan Sistem Dalam Konseling Keluarga
a) Menggali pengertian sistem dari berbagai pustaka yang relevan.
b) Memerjelas keluarga sebagai suatu sistem.
c) Mendiagramkan struktur keluarga.
Materi IV: Aplikasi Teori, Konsep, dan Teknik Konseling Keluarga
a) Menilai pendekatan terpusat pada klien.
b) Menguji pendekatan eksistensial.
c) Menimbang pendekatan Gestalt.
d) Menafsikan pendekatan transaksional analisis.
e) Menelaah pendekatan emosi rasional.
f) Mengukur aplikasi konsep psikoanalitik.
g) Merasionalkan aplikasi behavioral.
h) Menjelajah aplikasi konsep logoterapi.
Materi V: Ketahanan Keluarga
a) Mengabstraksi latar belakang.
b) Menilai globalisasi.
c) Mendukung pendidikan.
d) Mempertahankan keluarga sakinah.
Materi VI: Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi

a) Menguji pengertian dan ciri-ciri profesi.
b) Memerjelas pengembangan profesi konselor.

No comments:

Post a Comment